Journal of Journey, Bersahabat dengan Autoimun
alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa berbagi cerita seputar perjalanan kehidupanku bersama Autoimun. Semua akan kuceritakan dengan sudut pandangku sendiri. Meski ribuan orang diluar sana menganggap ini musibah, aku tak peduli, aku akan tetap mensyukurinya sebagai sebuah hadiah istimewa yang tidak Allah berikan pada setiap umatnya. Bagaimana tidak? Aku belajar banyak seketika Allah mengaruniakan ini semua.
Harapanku nanti, tulisan ini bisa bermanfaat untuk semua orang khususnya para penderita penyakit kronis, untuk bisa menjalani kehidupan tanpa banyak mengeluh bahkan tetap bisa berguna bagi orang lain.
Perjalanan panjang ini tak kutahu pasti titik start munculnya gejala. 2015 dengan job desk yang luar biasa menjadikan tubuhku mulai bertingkah aneh, sering demam tanpa sebab, kelelahan dan yang paling mengganggu jari tangan sering bengkak saat bangun tidur. Keluargaku memberi saran untuk konsultasi dengan dokter samping rumah. Tadinya aku mengelak, tak menganggap itu penyakit, tapi okelah kali ini aku nurut.
Seperti biasa dengan gaya santainya dokter umum ini mendengarkan keluhanku. Setelah beberapa saat dia bilang bahwa ini hanya kecapekan, darah kotor yang gak bisa balik ke jantung. Gak dikasih obat, hanya diberi saran jika tidur usahakan kaki dan tangan posisinya lebih tinggi dari jantung....
Huuuh.....tenang ini bukan penyakit! Aku lega, berbulan-bulan tidur dengan bantal dikaki.
Kehidupan mulai berubah diawal 2016, jadi mudah ngantuk, lelah, makin sering bengkak, jari memerah serta terasa panas, kesulitan berdiri bahkan memegang sendok pun tak bisa. Tapi aku tak pernah mengeluh dengan kondisiku. Hingga akhirnya kakakku tahu, berat badanku turun derastis selama bulan puasa, jari makin bengkak makin menggnggu aktivitas. Akhirnya 1 Agustus 2016 aku dibujuk untuk periksa ke rumah sakit. Cari yang deket, gak banyak antri! Langsung sepulang dari jogja mampir di RS NUR Rohmah, gading playen.
Masuk poli umum. Belum banyak keluhan yang aku sampikan bu dokter langsung bicara
“ini sepertinya Rheumatoid Arthritis, penyakit langka dan gak biasanya diderita seusia kamu. Tak rujuk ke poli syaraf ya? Ini penyakit autoimun”
Oke deh, manut aja, kaya hasil browsing kemarin ini. Sambil antri poli syaraf kok penasaran ya, browsing lagi eh dapet artikel “penyakit belum dapat disembuhkan” derrrr tutup aja handphonenya.
Masuk ruang periksa, ditanya lagi terus di periksa sendi-sendi tangan dan kaki, dipukul-pukul, ditekan sakiiiiiit buuu!!!!
“punya bpjs enggak? Takutnya ini rheumatoid arthritis, penyakit aautoimun. Nanti bisa tes tapi bianyanya muahal.”
Deg.....lebih sakit ketika denger masalah biaya hahaa
“kalo diagnosa saya sih sepertinyaa rheumatoid arthritis, Cuma ini bukan bagian saya, ya mdah mudahan bukan. Kamu tak rujukk ke poli penyakit dalam, tapi hari ini penuh, kesini besok siang jam 1 ya”
Okedeh....ada titik terang sama apa yang aku derita. Pulang dan nangis, beneran nangis, lagi-lagi urusaan biaya haha aku udah resign, badan makin lemah, tabungan nipis, gak punya jaminan kesehatan dan seabrek pikiran lain.
Singkat cerita pendhak dinonya aalias esok harinya aku kembali ke rumah sakit, kali ini ditemani kakak iparku dan kakak kandungku. Membaca diagnosa dokter syaraf sebelumnya, menjalani beberapa tes darah, foto sinar x dan kondisi penyakt yang udah hampir 2 tahun gejala memarak, akhirnya aku resmi dinyatakan menderita Rheumatoid Arthritis.
Obat pertama yang aku dapat
methyl prednisolone 32mg
meloksikam 15mg
doxycycline
rebal plus
kemudian ditambah
b1, kalsium 500mg, mesalazine 750mg, omeprazole pernah pula karena tremor dan jantung yang berdebar hebat dikasih ptu, propanolol, aprzolam
bersambung....
Harapanku nanti, tulisan ini bisa bermanfaat untuk semua orang khususnya para penderita penyakit kronis, untuk bisa menjalani kehidupan tanpa banyak mengeluh bahkan tetap bisa berguna bagi orang lain.
Perjalanan panjang ini tak kutahu pasti titik start munculnya gejala. 2015 dengan job desk yang luar biasa menjadikan tubuhku mulai bertingkah aneh, sering demam tanpa sebab, kelelahan dan yang paling mengganggu jari tangan sering bengkak saat bangun tidur. Keluargaku memberi saran untuk konsultasi dengan dokter samping rumah. Tadinya aku mengelak, tak menganggap itu penyakit, tapi okelah kali ini aku nurut.
Seperti biasa dengan gaya santainya dokter umum ini mendengarkan keluhanku. Setelah beberapa saat dia bilang bahwa ini hanya kecapekan, darah kotor yang gak bisa balik ke jantung. Gak dikasih obat, hanya diberi saran jika tidur usahakan kaki dan tangan posisinya lebih tinggi dari jantung....
Huuuh.....tenang ini bukan penyakit! Aku lega, berbulan-bulan tidur dengan bantal dikaki.
Kehidupan mulai berubah diawal 2016, jadi mudah ngantuk, lelah, makin sering bengkak, jari memerah serta terasa panas, kesulitan berdiri bahkan memegang sendok pun tak bisa. Tapi aku tak pernah mengeluh dengan kondisiku. Hingga akhirnya kakakku tahu, berat badanku turun derastis selama bulan puasa, jari makin bengkak makin menggnggu aktivitas. Akhirnya 1 Agustus 2016 aku dibujuk untuk periksa ke rumah sakit. Cari yang deket, gak banyak antri! Langsung sepulang dari jogja mampir di RS NUR Rohmah, gading playen.
Masuk poli umum. Belum banyak keluhan yang aku sampikan bu dokter langsung bicara
“ini sepertinya Rheumatoid Arthritis, penyakit langka dan gak biasanya diderita seusia kamu. Tak rujuk ke poli syaraf ya? Ini penyakit autoimun”
Oke deh, manut aja, kaya hasil browsing kemarin ini. Sambil antri poli syaraf kok penasaran ya, browsing lagi eh dapet artikel “penyakit belum dapat disembuhkan” derrrr tutup aja handphonenya.
Masuk ruang periksa, ditanya lagi terus di periksa sendi-sendi tangan dan kaki, dipukul-pukul, ditekan sakiiiiiit buuu!!!!
“punya bpjs enggak? Takutnya ini rheumatoid arthritis, penyakit aautoimun. Nanti bisa tes tapi bianyanya muahal.”
Deg.....lebih sakit ketika denger masalah biaya hahaa
“kalo diagnosa saya sih sepertinyaa rheumatoid arthritis, Cuma ini bukan bagian saya, ya mdah mudahan bukan. Kamu tak rujukk ke poli penyakit dalam, tapi hari ini penuh, kesini besok siang jam 1 ya”
Okedeh....ada titik terang sama apa yang aku derita. Pulang dan nangis, beneran nangis, lagi-lagi urusaan biaya haha aku udah resign, badan makin lemah, tabungan nipis, gak punya jaminan kesehatan dan seabrek pikiran lain.
Singkat cerita pendhak dinonya aalias esok harinya aku kembali ke rumah sakit, kali ini ditemani kakak iparku dan kakak kandungku. Membaca diagnosa dokter syaraf sebelumnya, menjalani beberapa tes darah, foto sinar x dan kondisi penyakt yang udah hampir 2 tahun gejala memarak, akhirnya aku resmi dinyatakan menderita Rheumatoid Arthritis.
Obat pertama yang aku dapat
methyl prednisolone 32mg
meloksikam 15mg
doxycycline
rebal plus
kemudian ditambah
b1, kalsium 500mg, mesalazine 750mg, omeprazole pernah pula karena tremor dan jantung yang berdebar hebat dikasih ptu, propanolol, aprzolam
bersambung....